Konsep kota pintar atau smart city kini menjadi impian banyak kota besar
di Indonesia karena konsep ini dianggap sebagai solusi dalam mengatasi
kemacetan yang merayap, sampah yang berserakan, penghamburan energi,
hambatan birokrasi pemerintah, kerusakan infrastruktur, dan problematika
masyarakat perkotaan lainnya.
"Konsep smart city tidak hanya sebatas pada tataran pemanfaatan
kecanggihan teknologi, namun juga harus menjangkau perbaikan komponen
lingkungan, energi, sumber daya manusia, kesehatan, pendidikan, sosial,
infrastruktur, dan lainnya," kata Kepala Dinas Tata Kota Bekasi Koswara,
Sabtu (26/12/2015).
Koswara mencontohkan, sebuah konsep smart city saat ini tengah digarap
pihaknya melalui penggunaan mesin parkir meter yang resmi diterapkan di
empat kawasan pada Juli 2015.
"Parkir meter adalah objeknya. Mesin itu tidak hanya memiliki
kepentingan menekan parkir liar yang menjadi tanggung jawab Dinas
Perhubungan, tapi juga bisa terintegrasi menjadi alat pembayaran
rekening listrik, pembayaran tagihan PDAM, isi ulang pulsa, jaringan
perbankan, dan lainnya. Sehingga sebuah objek yang simpel dapat menjadi
solusi bagi beragam kepentingan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi
pintar. Satu objek parkir bisa atur banyak hal, itu yang saya namakan
smart," katanya.
Konsep smart city dalam tataran kependudukan adalah dengan pemanfaatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai sebuah alat dengan beragam manfaat,
bisa sebagai tanda pengenal, ATM, alat pembayaran pajak, dan fasilitas
lain.

Dinas Tata Kota Bekasi saat ini juga tengah mendorong implementasi smart
city pada objek sampah di lingkungan masyarakat dengan memanfaatkan
teknologi yang dimiliki pihak swasta PT NW Industries Group untuk
mengubah sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sumur Batu menjadi energi
listrik.
Pada instalasi tahap awal, ada dua unit mesin pengolah sampah menjadi
listrik yang akan dipasang masing-masing berkapasitas produksi 2,3 Mega
Watt (MW) per hari dari hasil pengolahan 384 ton sampah warga Kota
Bekasi.
Pada tahap selanjutnya, akan kembali menambah enam mesin pengolah sampah
masing-masing berkapasitas 2x2,3 MW, 2x4 MW, dan 2x6 MW.
Dengan begitu, total produksi listrik dari sampah di TPA Sumur Batu
mencapai 29,2 MW dari bahan baku 2.450 ton sampah masyarakat Kota Bekasi
setiap hari.
Dikatakan Koswara, konsep smart city yang ada pada objek tersebut tidak
hanya menjadi solusi atas persoalan kebersihan lingkungan, tapi juga
faktor kesehatan masyarakat, penyediaan lapangan pekerjaan, penyediaan
energi alternatif, produksi pupuk, dan lainnya.
Pihaknya juga akan menerapkan teknologi pintar pada sistem Penerangan
Jalan Umum (PJU) yang terintegrasi dengan beragam layanan dalam satu
objek tiang PJU.
Layanan yang dapat dihadirkan seperti pemasangan CCTV pemantau lalu
lintas, pemanfaatan teknologi penghemat listrik pada perangkat lampu
PJU, dan perangkat lainnya.
"Akan kami dorong juga efisiesi smart lighting pada PJU. Infrastruktur
tiangnya bisa dimanfaatkan berbagai hal, bisa pasang cctv, penghematan
energi pakai timer di mana pasokan listrik akan bergantung pada kondisi
lingkungan. Bila sedang ramai maka lampu akan menyala dengan terang,
tapi bila sepi, lampu akan meredup dengan sendirinya. Kalau sekarang
pasokan listrik yang kita pakai masih flat," katanya.
Konsep smart city juga coba diwujudkan melalui pemasangan seribu titik
wifi gratis di seantero kota yang ditargetkan pemasangannya rampung pada
tahun 2018. Wifi gratis akan ditempatkan di taman-taman karena
programnya memang diintegrasikan dengan pencanangan seribu taman.
Dengan pemasangan titik-titik wifi gratis tersebut, Kota Bekasi akan
terkoneksi, dalam arti hot spot area publik dalam bentuk pemanfaatan
teknologi dapat diakses gratis.
sumber: propertidata.com